Sabtu, 09 Oktober 2010

PERSAHABATAN SEBAGAI PEREKAT KEMAJEMUKAN

oleh : Dr. Luhut. P. Hutajulu

Dalam bukunya yang berjudul “Living in the Presence of the Future” (Intervarsity Press, 2001), Roy McCoughry mengungkapkan bahwa”demokorasi berkaitan dengan komitmen, bukan komitmen terhadap suatu ideology, tapi terhadap sesama yang lain, bukan komitmen atas kebijakan, tapi komitmen merawat kehidupan dalam komunitas.” Jadi kualitas demokrasi sebuah negara bukan hanya ditentukan semata-mata oleh konstitusinya, tetapi oleh bagaimana demokrasi itu ditunjukkan dalam kehidupan nyata. Penghargaan aspek kemajemukan dan kesetaraan itu diungkapkan dalam satu kata yaitu persahabatan. Yang membangun sebuah Negara demokrasi secara hukum adalah UUD 45 dan Pancasila, tetapi yang membangun demokrasi adalah persahabatan dan relasi dengan tetangga secara nyata.
Asas demokrasi (demos umat, warga, rakyat;kratos: wewenang, kekuasaan), sebenarnya sederhana sekali: keputusan dibuat bukan hanya oleh orang yang memimpin, melainkan secara bersama dengan orang yang dipimpin. Kericuhan terjadi karena keputusan dibuat sepihak karena keputusanini tidak diterima oleh pihak yang lain. Sebenarnya kericuhan itu tidak perlu terjadi kalau asas demokrasi digunakan, yaitu melibatkan warga dalam pembuatan keputusan.
SistemPolitik Demokrasi dianut oleh beberapa pemerintahan, termasuk Indonesia. Definisi demokrasi yang paling ringkas tetapi memiliki makna paling dalam dan terbaik diberikan Abraham Lincoln melalui pidatonya di Gettysburg tahun 1863, yakni: government of people, by people, for the people(pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat). Konstitusi sebagai pelembagaan demokrasi di setiap Negara merupakan faktor yang sangat fundamental. Sesuai dengan esensi demokrasi, paling tidak ada tiga fungsi yang perlu diperhatikan pada tiap konstitusi suatu Negara yang bersifat demokratis. Pertama, kontitusi itu merupakan pengungkapan dari persetujuan(keinginan) rakyat dan dengan itu rakyatlah yang sungguh-sungguh menetapkan negaranya sendiri. Kedua, di dalamnya ada kepastian mengenai tatanan dan bentuk Negara. Ketiga, konstitusi harus memberi dan sekaligus membatasi kekuasaan yang dimiliki pemerintah. Prinsip lain yang paling mendasar dalam demokrasi adalah pengakuan terhadap “kesetaraan”(equality).Prinsip kesetaraan inilah yang paling membedakan demokrasi dari sistem-sistem lainnya.
Kemajemukan yang setara
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan bisa terjadi karena perbedaan ras, suku, etnis, agama, derah, dan berbagai macam hal lainnya. Tuhan menciptakan segala sesuatu dalam kemajemukan. Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang berbeda-beda.Namun tidak membeda-bedakan. Semua orang sama-sama dikasihi-Nya.Keindahan pelangi justru keluar karena keberagaman warnanya.Sementara itu sebagai ciptaan Tuhan, manusia diciptakan di dalam kesetaraan , yaitu kesetaraan status. Status manusia ini setara atau sama kedudukannya di mata Tuhan karena semua manusia sama-sama berharga di mata-Nya. Maka kemajemukan yang ada di dalam kehidupan kita adalah “kemajemukan yang setara.”
Pelajaran Kemajemukan dari Sejarah
Dalam buku “Day of Empire: How Hyperpowers Rise to Global Dominance and Why They Fall”, Army Chua (professor Yale University, Amerika Serikat), mempelajari sejarah kerajaan dan Negara adikuasa dari masa lalu hingga sekarang untuk mengetahui apa yang menyebabkan suatu Negara menjadi adikuasa(hyperpower). Contoh Negara adikuasa, yang disebut Army sebagai the Magnificent Seven adalah : kerajaan Persia, Roma, Cina, Mongol, Belanda, Inggris dan Amerika Serikat. Ia menemukan kunci keberhasilan suatu negara adikuasa. Bila suatu Negara sudah tidak menghargai kemajemukan dan menjadi intoleran dan eksklusif, maka Negara itu pasti akan mengalami degradasi. Jadi sejarah dunia menunjukkan bahwa kemajemukan suatu bangsa sejalan dengan komitmennya untuk menghargai kemajemukan. Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak hanya menerima, tapi juga menghargai kemajemukan dirinya sebagai aset bangsa.Menganai’proses demokrasi”di Indonesia saat ini bukan hanya sedang ngetrend, melainkan juga merupakan sesuatu yang urgent. Demokrasi adalah dambaan rakyat Indonesia. Sejak era reformasisemarak di negeri kita, proses demokratisasi berjalan cukup cepat, kendati berbagai ekses juga timbul di mana-mana. Demikian juga dalam sebuah Negara demokrasi , konsep majemuk dan setara adalah konsep yang abstrak dan tidak nyata. Tetapi dalam sebuah persahabatn, konsep ini menjadi nyata. Segala perbedaan dapat diatasi karena ada komitmen di antara orang-orang yang terlibat. Dalam perkembangan masa, suasana persabatan yang mengatasi segala perbedaan suku, agama dan latar belakang itu menjadi semakin pudar digantikan oleh kecurigaan-kecurigaan yang sering kali berkembang, yang diawali dari sentiment di tingkat elite. Rupanya, perkembangan masalah mayoritas dan minoritas ini bergantung kepada masalah kepentingan. Bila kita menengok sejarah Indonesia, maka yang terjadi adalah bahwa masalah mayoritas dan minoritas, apakah itu berkaitan dengan masalah agama, etnis atau masalah lainnya, sering dipakai sebagai kuda tunggangan bagi kepentingan politik. Dampak yang terjadi adalah bahwa masyarakat akar rumput yang bersahabat satu dengan yang lainnya menjadi terpecah. Kemajemukan tidak menjadi kekayaan bangsa, tetapi malahan menjadi petaka
Demokrasi dan Nomokrasi
Undang-undang Dasar 1945 dan Pancasila telah memberikan jaminan hukum bahwa Indonesia menghargai kemajemukan. Kemajemukan suku bangsa dan budaya merupakan salah satu kekayaan Indonesia.Untuk ini di dalam Negara bangsa, proses pengambilan keputusan untuk mengoperasionalisasi nilai-nilai Pancasila dan UUD harus melalui Demokrasi, artinya dibicarakan bersama. Untuk itu demokrasitidak boleh jalan sendiri, sebab jika hanya demokrasi saja, maka minoritas akan dirugikan. Karena itu kita tidak hanya bicara demokrasi, tapi juga nomokrasi atau kedaulatan hukum. Dengan begitu,keputusan-keputusan yang dibuat dalamdemokrasi harus sesuai dengan hukum mulai dari filosofinya. Jadi nomokrasi mendampingi demokrasi secara seimbang, secara komplementer, saling mengisi. Tetapi di atas semuanya itu, komitmen pribadi kitalah akhirnya akan menentukan arah ke depan dari Indonesia.Kita membutuhkan “Pendidikan Kemajemukan”.Kita merasa aman dan nyaman berada di antara orang-orang yang berbeda Marilah kita di sepanjang rentang hidup kita berteman, Karena hidup menjadi lebih berarti jika kita punya sahabat. SELAMAT BERSAHABAT!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar