Senin, 11 Oktober 2010

Yohanes 2: 12-25

Pdt. Bigman Sirait: Ketika Gereja pun Perlu Dijungkirbalikkan 

Usai menghadiri pesta nikah di Kana, Yesus pergi ke Kapernaum. Dari sana Dia berangkat lagi ke Yerusalem. Yesus pergi keYerusalem karena  ada perayaan Paskah (Yohanes 2: 12-25). Perayaan ini sangat penting bagi Israel,
mengenang keluarnya mereka dari Mesir menuju Tanah Perjanjian. Pada perayaan Paskah orang Israel mempersembahkan korban khusus, korban bakaran untuk memuliakan Tuhan. Itu sebabnya pada even-even seperti itu halaman Bait Allah penuh dengan pedagang domba, merpati, dan sebagainya, bahkan penukar uang.  
Mengapa mereka ada di situ, dan mengapa Yesus marah kepada mereka?  Mari kita lihat bagaimana terjadi praktek-praktek mengerikan di halaman Bait Allah. Yang pertama, kenapa ada pedagang hewan? Karena umat sangat  butuh itu untuk persembahan. Tetapi kenapa Yesus marah? Bukankah keberadaan mereka mempermudah umat?  Memang dalam satu  segi hal itu mempermudah, tetapi Yesus marah, karena pertama, mereka menghabiskan halaman bait, yang mestinya jadi tempat orang, malah menjadi tempat domba-domba.
Tetapi yang kedua, ada praktek jual-beli yang tidak baik. Setiap hewan yang dijual di halaman Bait Allah sudah dijamin “lulus” untuk dipersembahkan. Namun Yesus marah karena  hewan yang dijual di halaman Bait Allah harganya lebih mahal. Hewan yang dibeli dari pasar belum tentu “lulus” oleh para imam untuk dipersembahkan. Sehingga tanpa sadar umat pun digiring dan dipaksa untuk membeli hewan di halaman Bait Allah. Artinya, praktek bisnis gelap di dalam bait Allah sudah ada waktu itu, sebab bukan tidak mungkin ada kolusi antara pedagang dan para imam. Pedagang di halaman Bait Allah itu sudah dikenali para imam.
Orang-orang Kristen sering tampak bodoh jika menyangkut hal-hal yang rohani.  Dalam kaitan dengan hewan-hewan di halaman Bait Allah, orang-orang kaya pun tidak ada masalah untuk membeli, meski mahal. Jadi yang paling diuntungkan dalam hal ini adalah orang-orang kaya, yang tidak  mau repot-repot secara rohani. Dia mau gampang saja dalam beribadah. Dia tidak lagi mau memperhatikan ada yang salah dan perlu dikoreksi. Padahal orang kaya sebetulnya punya potensi untuk mengoreksi kesalahan gereja, atau praktek para imam pada waktu itu, mengingat orang kaya pasti punya pengaruh. Tetapi justru mereka malah terlibat kolusi dengan para imam.
Kenapa banyak penukar uang di sana? Karena banyak Yahudi diaspora. Waktu  perayaan Paskah mereka datang dari berbagai penjuru dunia untuk berkumpul di Bait Allah. Uang dari berbagai negeri pun dipertukarkan di sana, namun kursnya dipermainkan karena tingginya kebutuhan.  
Bisnis gereja
Bisnis yang tidak akan pernah bangkrut adalah “bisnis” gereja, karena selalu dibutuhkan. Setiap hari orang bikin dosa, jadi butuh penyucian. Punya banyak uang, orang bikin dosa. Tidak ada uang pun orang bikin dosa. Jadi gereja itu, “bisnis”nya bagus sekali, marketnya  makin luas. Makin banyak orang berdosa, makin banyak yang memerlukan pengampunan. Tapi di sinilah gereja bisa menjadi kolong kejahatan yang sangat mengerikan, sehingga perlu disucikan oleh Yesus yang suci. Gereja perlu dikoreksi dan dijungkirbalikkan.
Dalam topik ini diperlihatkan bahwa Yesus pun sebenarnya bisa bertindak radikal dan sangat tidak terbayangkan. IA yang suka mengelus-elus rambut anak kecil, yang peduli pada janda miskin, ternyata juga adalah Kristus yang menjungkirbalikkan semua.  
Dalam hal ini gereja salah, sebab umat hanya dibodoh-bodohi untuk memandang Yesus dari hanya satu segi, yaitu Yesus yang baik, penuh cinta kasih. Umat tidak pernah  diperhadapkan kepada Yesus yang bisa keras. Yesus akan murka ketika orang mempermainkan kesucian. Maka jangan main-main. Siapa yang percaya pada DIA, masuk sorga, yang tidak percaya masuk neraka. Janganlah memandang Yesus dari sisi baiknya saja, yang pasti mau memberi apa yang kita mau. Tapi pernahkah kita berpikir bahwa kita harus memenuhi apa yang Dia kehendaki?
Selama ini posisi kita hanya meminta, dan Yesus harus mengabulkan. Ini kejahatan. Padahal, Yesus sudah memberikan nyawa-Nya. Mestinya sekarang giliran kita untuk melakukan apa yang Yesus mau: memberi makan orang miskin, memberi pakaian buat yang telanjang, dan memberitakan Injil. Itu yang Dia lakukan, dan menuntut kita untuk melakukan itu pula. Gereja baru gereja jika sudah melakukan seluruh panggilan yang digugat oleh Yesus. Gereja belum bisa disebut gereja bila tidak melakukan itu. Memang sulit, tetapi panggilan itu harus kita jawab, dan kita tidak bisa lari dari sana. Kekacauan terjadi di halaman Bait Allah karena ada manipulasi. Dan inilah yang mau dikoreksi Yesus.  
Ketika Yesus tiba di sana, IA marah dan mencambuk dagangan-dagangan dengan tali yang dilambangkan sebagai cemeti. Tali itu juga melambangkan penghakiman, di mana Ia sangat marah dan muncul sebagai hakim yang berkata, “Kalian adalah orang yang sangat berdosa, karena merusak rumah Bapa-Ku”. Yesus  bertindak  spektakuler untuk menunjukkan bahwa Dia punya wibawa, karena kesucian. Dia punya wibawa bukan karena punya uang. Dia punya wibawa bukan karena melakukan banyak mukjizat. Sekarang banyak orang kehilangan wibawa karena tidak lagi sungguh-sungguh melakukan kehendak Allah. Untuk itulah kita harus belajar supaya hidup kita terus diubah oleh kasih dan kuasa Roh Kudus, sehingga Dia tidak perlu menjungkirbalikkan kehidupan kita.  
Suci adalah melakukan apa yang Tuhan mau. Jangan terganggu atau terpengaruh orang lain. Jika yakin dan percaya itu kehendak Tuhan, lakukan, tanpa mau terganggu orang lain. Kita harus berani dan punya satu sikap. Dan itulah orang Kristen. Gereja berproses dari kumpulan orang yang cinta dan mau melayani Tuhan. Di situlah makin terbukti bahwa gereja itu adalah gereja, karena terjadi interaksi yang saling mengampuni, saling mengerti, membuat kita menjadi satu gereja yang utuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar